Dalam dunia pendidikan modern, ada tiga istilah yang seringkali dibahas. Istilah tersebut adalah Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik. Ketiga hal tersebut dikenal dengan taksonomi bloom. Tiga hal itu harus dicapai dalam dunia pendidikan agar menghasilkan generasi emas.
Kali ini, kami akan menjelaskan tiga hal tersebut secara detail. Tentunya, agar dipahami untuk Anda yang bergelut di dalam dunia pendidikan, khususnya mahasiswa. Perlu diketahui juga, tiga hal ini juga sangat identik dalam capaian kurikulum di Indonesia.
Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik dalam Capaian Kurikulum
Taksonomi Bloom adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Benjamin Bloom tahun 1956. Ia adalah seorang psikologi yang memiliki bidang spesifikasi dalam pendidikan. Sehingga ia fokus meneliti pada tingkatan kemampuan berpikir.
Akhirnya, ia mencetuskan tiga hal tersebut sebagai klasifikasi perkembangan pendidikan anak secara objektif. Untuk lebih jelaskan, kami akan menjelaskan satu per satu. Check this out!
1. Kognitif
Bahasan yang pertama adalah masalah kognitif. Secara bahasa, kognitif adalah pengenalan untuk mengetahui. Boleh dikatakan, kognitif adalah proses mencari pengetahuan dengan proses berpikir secara rasional dan.
Kognitif ini sangatlah penting dalam dinamika berpikir seseorang. Sehingga harus dipahami oleh seorang guru. Dimana ia harus mengaplikasikan teori ini kepada siswanya agar mengetahui cara mendapatkan pengetahuan yang benar dan tentunya sesuai dengan tingkatan taksonomi bloom-nya.
Bagian kognitif dalam dunia psikologi pendidikan dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya sebagai berikut:
- Pemahaman
- Penerapan
- Analisis
- Sintesis
- Evaluasi
Lima tahapan di atas, dilakukan demi untuk mencapai tingkat pemahaman dalam otak atau pikiran. Singkatkan, kognitif adalah bagian taksonomi bloom yang membahas tentang pengetahuan yang didapat melalui proses berpikir yang empiris.
Maka tidak heran, pada bagian kognitif inilah, seseorang diajari untuk mengingat sebuah konsep, teori, hingga metode yang sistematis. Dimana, hal tersebut digunakan untuk mencapai sebuah pemahaman.
Setelah terjadi pemahaman, maka bisa diaplikasikan atau diterapkan dalam kehidupan ini. Karena hal kognitif inilah, seseorang bisa dinilai cerdas, pintar, dan memiliki ide dan gagasan yang besar.
Setelah proses pengaplikasian, dampak atau feedback bisa didapatkan untuk dianalisis. Sehingga, menciptakan simpulan untuk dijadikan evaluasi. Seperti itulah tahapan dari proses kognisi dari seorang manusia. Hal tersebut sangatlah penting dipahami oleh seorang pendidik.
2. Afektif
Singkatkan, afektif adalah apapun yang berhubungan dengan perasaan dan emosi. Maka dari itu, pada bagian inilah, manusia dipahami dari segi emosionalnya. Mulai dari proses penghargaan sebagai manusia, nilai, semangat, minat, hingga sopan santun.
Semua hal tersebut harus diperhatikan untuk melahirkan generasi yang balance (seimbang). Sehingga tidak hanya unggul dari segi kognisi saja, akan tetapi juga cerdas dalam afektifnya. Penting sekali afektif ini ditanamkan nilai-nilai yang baik, agar generasi menjadi berakhlak.
Dalam proses perkembangannya, afektif ini dibagi menjadi beberapa bagian tingkatan yang sistematis, yakni:
- Penerimaan
- Responsif
- Penilaian
- Organisasi
- Karakterisasi
Semua hal di atas menyangkut masalah moralitas dan tentunya tindak luhur dari seseorang. Maka dari itu, tidak salah jika hal tersebut sangatlah penting untuk dipahami. Seseorang harus bisa menerima dan menghargai orang lain, sehingga harus ada adab dalam komunikasi.
Selain itu, seseorang harus mau menerima pendapat orang lain. Sehingga tidak bisa egois untuk terus kekeh pada pendiriannya sendiri. Setelah itu, mampu untuk mengorganisasi suatu hal sehingga tidak berantakan.
Akhirnya, tujuan dari pembelajaran Afektif ini adalah terwujudkan karakterisasi. Sebuah kondisi dimana seseorang memiliki karakter yang baik. Selain otaknya cerdas, hatinya juga bersih dari kelicikan dan kejahatan.
Afektif ini perlu sekali ditanamkan, agar generasi Indonesia tidak hanya bisa berpikir saja. Akan tetapi, juga bisa menjadi manusia yang bermoral dan berakhlak. Karena kita ketahui semuanya, Indonesia tidak kekurangan orang cerdas, akan tetapi kekurangan orang jujur.
Pendidikan Afektif inilah yang bertanggung jawab atas hal tersebut. Jika manusia hanya disuruh cerdas, maka ilmuwan tidak akan peduli dengan dampak buruk terhadap lingkungan. Sehingga, adab dan norma kemanusiaan lambat laun akan hilang.
3. Psikomotorik
Ranah ketiga adalah psikomotorik. Dalam dunia psikologi pendidikan, psikomotorik adalah sebuah taksonomi bloom yang berhubungan dengan gerakan dan koordinasi jasmani. Bisa dikatakan sebagai ‘keterampilan’.
Karena tanpa keterampilan, seseorang tidak akan bisa melakukan apapun. Kognitif dan Afektif perlu keterampilan. Karena jika tidak, maka seseorang tidak bisa menghasilkan sebuah karya atau mempublikasikannya.
Psikomotorik ini adalah sebuah media untuk mengaplikasikan kognitif dalam kehidupan. Sehingga lahir mahakarya yang membantu kehidupan manusia. Selain itu, meningkatkan kemampuan psikomotorik, artinya meningkatkan skill dalam kehidupan.
Dalam proses perkembangan, psikomotorik ini dibagi menjadi beberapa hal:
- Peniruan
- Kesiapan
- Respon Terpimpin
- Mekanisme
- Respon Tampak Kompleks
- Adaptasi
- Penciptaan
Tujuh tingkatan di atas dinilai dari segi jarak, kecepatan, teknik, dan pelaksanaan. Semua hal di atas berhilir pada proses penciptaan ataupun problem solving. Maka dari itu, ranah psikomotorik adalah ranah yang sangat penting dalam perkembangan pendidikan anak.
Maka tidak heran, psikomotor ini sangatlah diperhatikan dalam kurikulum pendidikan Indonesia. Guru dituntut bisa mengembangkan skill siswanya, sehingga tidak hanya mengembangkan bagian kognisinya saja.
Karena memang psikomotorik sangat penting. Pengajaran ranah ini bisa menjadikan generasi menjadi seorang pemimpin yang berani mengambil resiko dan bisa tanggap dalam menyelesaikan sebuah permasalahan.
Akhirnya, mereka bisa kuat menghadapi era Industri 5.0 yang akan terjadi. Tanpa psikomotorik, manusia tentu akan kalah dengan robot industri. Karena dalam hal efektivitas tenaga, robot jauh lebih kuat daripada manusia.
Penerapan dalam Pendidikan
Menteri Pendidikan memang sudah mencanangkan tiga ranah perkembangan siswa ini ke dalam kurikulum. Namun, pada pelaksanaannya, ternyata masih kurang bisa maksimal. Tentunya banyak sekali masalah yang terjadi, diantaranya:
- Kekurangan sumber daya manusia yang mumpuni
- Sekolah kekurangan alat dan bahan untuk pengembangan skill siswa
- Sistem pendidikan Indonesia masih terpaut administrasi
- Kurang luwesnya jadwal pembelajaran di kelas
- Otonomi sekolah kurang tersedia
Beberapa hal di atas adalah beberapa masalah dalam dunia pendidikan di Indonesia. Masalah tersebut menyebabkan pendidikan kognitif, afektif, dan psikomotorik tidak bisa dilaksanakan dengan lancar sesuai dengan rencana kurikulum.
Maka dari itu, harusnya ada refleksi dan evaluasi. Jangan sampai, pendidikan ini hanya menghasilkan orang-orang yang pintar saja, karena jujur juga sangat penting. Jangan sampai pula, pendidikan hanya menghasilkan orang yang bisa berteori tanpa tahu praktek.
Cara memaksimalkan pelaksanaan taksonomi bloom di dalam pendidikan ini salah satunya adalah dengan berkaca pada sistem pendidikan lain. Dengan mengadopsi dan mengkolaborasikan, pendidikan di Indonesia pasti akan bisa maju sedikit demi sedikit.
Penutup
Mengingat kognitif, afektif, dan psikomotorik sangat penting dalam pendidikan, maka ketiganya harus tercapai dan balance. Jika tidak, pendidikan akan dinilai gagal karena tidak bisa menghasilkan generasi yang ideal dan siap bersaing di era industri 5.0.
[…] Namun demikian, Ahmad Doli Kurnia yang merupakan Ketua Pansus RUU IKN, tetap meminta agar pemerintah menyiapkan penjelasan lebih detail mengenai alasan pemilihan nama tersebut. Karena, menurut beliau hal tersebut berguna untuk menambah pengetahuan. […]
[…] pemahaman siswa atau anak didik tidak menyeluruh dan terkesan didikte oleh satu konsep pengetahuan saja. Tentunya ini tidak akan terjadi jika siswa menggunakan kuota reguler bukan kuota belajar. […]