Bidikmisi Orang Kaya, Pleidoi Mahasiswa Punya Bermental Peminta

Disclaimer: Tulisan ‘Bidikmisi Orang Kaya’ ini diambil dari sudut pandang penulis dari perpaduan pustaka dan pengalaman. Santai saja kalau baca, jangan baper! Jangankan pembaca, wong yang nulis aja tersinggung dengan isi tulisan ini kok…

***

Sesaat, saya tersentak ketika ada teman menggerutu karena uang UKT-nya tinggi, “Enak banget sih temenku di kampus sebelah, dia punya mobil, ortu pengusaha, tapi dapat bidikmisi. Tiap bulan bisa ngemall tanpa mikir nyisihin uang buat bayar UKT.”

Sebagai orang yang juga punya mobil, mobilan remot control yang dibeliin bibi ketika pulang dari Saudi jadi TKI tahun 2006, saya tersinggung dong!! Maka dari itu, saya buat tulisan ini. Awokaka…

Mengenal Bidikmisi Secara Umum

“Bidikmisi adalah bantuan biaya pendidikan bagi calon mahasiswa tidak mampu secara ekonomi dan memiliki potensi akademik baik untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi pada program studi unggulan sampai lulus tepat waktu.” (https://bidikmisi.belmawa.ristekdikti.go.id/)

Poin 1: Mahasiswa Tidak Mampu

Tidak mampu adalah kondisi seseorang tidak memiliki daya dan upaya (kuasa) melakukan sesuatu (KBBI). Sudah sangat jelas, mahasiswa tidak mampu adalah mahasiswa yang secara ekonomi tidak bisa membayar uang kuliah tunggal (UKT).

Dalam hal ini, tentu peran keluarga sangat diperhatikan. Karena konotasi ‘tidak mampu’ tentu mengarah pada kondisi ekonomi keluarga atau wali dari mahasiswa tersebut. Karena jika mahasiswa, saya rasa 90% mahasiswa tidak bakalan mampu membiayai kuliahnya sendiri (apalagi di awal masuk kuliah).

Poin 2: Memiliki Potensi Akademik

Poin penting kedua adalah memiliki potensi akademik. Hal ini bisa dibuktikan dengan lolos SNMPTN ataupun UTBK maupun sejenisnya. Saya bilang seperti itu, karena memang syarat masuk bidikmisi dari segi prestasi akademik memang seperti itu.

Mungkin ada sih faktor lain seperti sertifikat pemenang lomba atau olimpiade. Namun saya rasa tidak begitu diperhatikan. Karena memang faktor ‘tidak mampu’ adalah syarat bidikmisi yang paling utama.

Poin 3: Menempuh Pendidikan di PT

Perguruan tinggi boleh negeri boleh swasta. Namun intinya, bidikmisi ini diperuntukkan bagi mahasiswa. Mahasiswa yang kemungkinan besar sudah dewasa dan pemikirannya sudah luas. Apalagi jika sudah memperoleh 1 hingga 2 tahun perkuliahan.

Tiga poin di atas harus dipahami. Orang yang mendapatkan bidikmisi, harus memiliki tiga syarat tersebut. Namun saya hanya akan bahas 2 aspek awal (tidak mampu dan berprestasi).

Setidaknya ada 6 asumsi yang saya ajukan ketika ada calon atau mahasiswa ingin daftar bidikmisi:

  1. 90% dapat bidikmisi, jika Tidak Mampu dan berprestasi
  2. 70% dapat bidikmisi, jika Tidak Mampu dan Prestasi biasa
  3. 50% dapat bidikmisi, jika Mampu biasa dan berprestasi
  4. 30% dapat bidikmisi, jika Mampu dan Prestasi biasa
  5. 10% dapat bidikmisi, jika kaya dan berprestasi
  6. 5% dapat bidikmisi, jika kaya dan prestasi biasa

Angka persentase di atas hanyalah sebuah angka perkiraan (bukan dari penelitian). Saya rasa, asumsi nomor 1-4 tidak begitu masalah. Karena spesifikasi mampu di mata pemerintah Indonesia itu juga sangat relatif dan tidak begitu jelas.

Hal yang jadi masalah adalah asumsi pada nomor 5 dan 6. Bukan pada prestasi atau tidak berprestasi, akan tetapi pada kata ‘Kaya’. Karena fondasi awal pengertian bidikmisi itu untuk tidak mampu.

Lha wong yang mampu aja dapat bidikmisi dipertanyakan, apalagi yang kaya?

Bidikmisi Orang Kaya: Kok Bisa?

Dari asumsi yang saya buat di atas, ada kemungkinan 15% orang kaya dapat bidikmisi. Anggap saja, kemungkinan tersebut berkurang karena ada orang kaya yang sadar ia kaya, sehingga tidak mengambil kesempatan bidikmisinya.

Lantas, kok bisa ada orang kaya dapat bidik misi?

1. Mental Peminta Mahasiswa

Sebab pertama ada fenomena tersebut adalah keberadaan orang kaya yang bermental peminta. Memang agak bar-bar saya bilang seperti itu. Seolah-olah, menjustifikasi semua orang kaya yang dapat bidikmisi memang bermental inlander.

Ya saya buat ekstrem saja, agar lebih enak dibayangkan.

Maksud dari mental peminta ini adalah orang kaya yang tidak sadar dia kaya. Hampir sama seperti fenomena ‘beras miskin untuk orang kaya’. Jadi menurut saya, pemerintah memang tidak bisa disalahkan secara mutlak, karena awal permasalahannya ada pada pihak mahasiswanya.

Ada beberapa kemungkinan mental ini ada:

  • Orang tua yang eman membiayai kuliah anaknya
  • Anaknya yang otaknya licik ingin cari tambahan jajan
  • Orang tua dan anak sepakat inginnya coba-coba, tapi malah dapat beasiswa

Tiga kemungkinan tersebut adalah basis dari lahirnya mental peminta bidikmisi. Semua kemungkinan itu, tetap didasarkan pada kondisi dimana mereka memang sudah kaya dan sadar bahwa mereka itu kaya.

2. Kecolongan Pemerintah

Entah siapapun yang mengelola bidikmisi, saya anggap pemerintah saja. Ada tiga kondisi, dimana pemerintah ini kecolongan, diantaranya adalah:

  • Tidak melihat berkas dengan baik dan benar
  • Tidak merunut semua aspek kepemilikan
  • Tidak survey calon penerima bidikmisi

Pada dasarnya, kecolongan pemerintah ini tidak bakal terjadi, kalau orang yang sudah kaya sadar ia kaya dan tidak daftar beasiswa. Permasalahannya, ada jutaan orang kaya tapi ngaku miskin dan menikmati bidikmisi ini setiap bulan dengan foya-foya.

Infografis Bidikmisi Orang Kaya

Skema Penerimaan Bidikmisi Orang Kaya

Agar lebih jelas, saya akan mencoba menggambarkan bagaimana detail orang kaya mendapatkan beasiswa bidikmisi ini.

1. Nggak Sadar Diri dan Mendaftar

Alur pertama, orang kaya daftar. Hal tersebut memang simpel, namun salah! Karena jika sudah tahu kaya, tidak perlu merasa miskin dan mendaftar bidikmisi. Rata-rata orang yang saya lihat: Dalam hal strata sosial, mereka inginnya dikenal kaya. Tapi ketika ada bagi-bagi ‘uang dan sembako’ tiba-tiba banyak yang bersimpuh jadi orang miskin.

Hal tersebut saya katakan salah karena boleh jadi, pendaftaran tersebut bisa mengurangi jatah kursi kuota bidikmisi.

2. Memanipulasi Data

Memang sih, ketika masuk ke dalam dunia kampus, mahasiswa rata-rata akan pandai berkata-kata, membuat alibi, dan memanipulasi. Maka boleh saya katakan, banyak sebagian mahasiswa yang sudah memiliki gelar S.PD. sebelum mereka lulus.

S.PD. (Sarjana Pemanipulasi Data)

Rumah yang aslinya besar, mewah, bak istana disembunyikan. Yang difoto adalah kondisi rumah saudara, nenek, atau orang lain yang layak disebut sebagai ‘orang tidak mampu’.

Setelah itu, pergi ke balai desa cari SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu). Jika tidak dapat, buat sendiri. Semua data yang dimanipulasi itu dimasukkan. Akhirnya panitia berkas pun terkecoh dan meng-acc.

3. Survey di Rumah Orang

Skema selanjutnya adalah stay di rumah orang (pokoknya rumah yang layak dianggap sebagai ‘orang miskin’) selama beberapa hari atau bulan. Sampai survei selesai. Jika tidak ada survey, tentu akan jauh bahagia.

4. Menerima dengan Lapang Dada

Setelah selesai semuanya, si-kaya menerima uang bidikmisi dengan lapang dada. Seolah-olah, ia telah berhasil menggapai sebuah rencana. Sehingga, uang keluarga nggak perlu berkurang dan setiap bulan bisa dapat cair.

Bidikmisi Orang Kaya: Menyakiti Mahasiswa yang Layak Menerima

Siapa yang paling resah dari fenomena ini? Ada dua orang.

  1. Penerima Bidikmisi yang Layak
  2. Mahasiswa layak tapi tidak Menerima Bidikmisi

Dua orang tersebut tentu saja resah. Penerima yang benar-benar layak menerima merasa tertuding sebagai mahasiswa kaya (dicurigai). Mahasiswa yang merasa layak dapat bidikmisi tapi tidak dapat, tentu saja kesal.

Ada banyak kok, mahasiswa tidak mampu yang keluarganya pas-pasan. Orang tua kerjanya hanya cukup mencukupi kehidupan sehari-hari, namun tidak dapat. Akhirnya ia kuliah setengah mati! Kerja sana sini, agar orang tua tidak ikut-ikutan mikir membiayai.

Mereka tentu saja sakit hati, mungkin saja iri, dan dengki. Karena ketika dalam prestasi dianggap seri, orang kaya penerima bidikmisi seolah-olah tertawa di depan mahasiswa yang nggak dapat beasiswa bidikmisi.

Tidak ada yang bisa disalahkan memang, pemerintah tidak mungkin bisa bekerja maksimal menyeleksi ratusan ribu hingga jutaan mahasiswa yang daftar. Fenomena ini hanya bisa selesai, ketika sistem pendidikan Indonesia ini benar-benar sudah baik, plus dengan sikon politik ekonomi Indonesia stabil. Hal tersebut masih kecil kemungkinan terjadi.

Dear Mahasiswa Kaya Penerima Bidikmisi

Ada beberapa hal yang sangat disayangkan dari Mahasiswa Kaya Penerima Bidikmisi, diantaranya:

  • Berfoya-foya ketika beasiswa sedang cair
  • Berpakaian terlalu glamour dan mahal
  • Pamer kekayaan (Handphone, perhiasan, dan lain-lain)
  • Bergaya hidup kaya di depan mahasiswa lain
  • Tidak menyadari beasiswa bidikmisi itu ‘khusus’ untuk orang kurang mampu

Tidak ada mekanisme yang begitu clear untuk pelaporan mahasiswa kaya penerima bidikmisi. Walaupun hal itu ada, maka akan sangat ribet dan tentunya membutuhkan waktu.

Seperti ungkapan, “Mencegah daripada mengobati”, maka lebih baik dihilangkan dari akarnya saja. Sehingga, mahasiswa dari keluarga kaya (mampu), harusnya sadar diri dan tidak perlu mendaftar.

Selain itu, pemerintah juga harus lebih selektif dan menciptakan mekanisme survey yang baik dan benar. Karena realisasi program bidikmisi dari tahun ke tahun itu masih kurang efektif (Andriadi, dkk., 2018).

Bidikmisi yang salah sasaran, hanya akan menciptakan generasi kaya bermental jelata eks. Oportunis. Sehingga, ketika di depan masyarakat inginnya tampil kaya. Namun ketika ada bagi-bagi sembako, langsung menjelma jadi orang tidak mampu yang memiliki dokumen SKTM yang resmi.

Semoga opini tentang bidikmisi orang kaya ini bermanfaat. Jangan tersinggung dan ambil positifnya saja. Penulis nggak serius kok nulisnya, jadi make be enjoy! Terima kasih…

Referensi

 

Tinggalkan komentar

You cannot copy content of this page