Statement mengenai beauty privilege sudah seringkali kita dengar bukan? Hal ini cukup membuat kaum muda resah. Sehingga mereka berbondong-bondong untuk memperindah penampilan mereka. Mulai dari gaya busana, skincare, bodycare, make up semuanya. Situasi ini dimanfaatkan oleh para pengusaha untuk mengembangkan bisnis yang berhubungan dengan kecantikan.
Semua ini tidak lepas dari statement yang muncul seperti:
“Orang yang good looking (cakep) 50% masalah dalam hidupnya sudah teratasi”
“Enak ya punya wajah ganteng/ cantik mau ngomong apapun pasti di dengerin dan di hargain”
“Punya fisik cakep akan selalu di prioritaskan”
Tidak bisa dipungkiri hal itu memang benar-benar terjadi (nyata).
Kami sengaja mencari pamflet lowongan kerja dan membacanya. Lebih dari separuh pamflet yang kami temui, mencantumkan syarat harus berpenampilan menarik. Kejadian ini mengingatkan kami pada sebuah film karya anak bangsa “Imperfect”. Kami yakin pembaca tidak asing lagi dengan film ini. Disana dipaparkan sangat jelas perbedaan perlakuan orang dengan beauty privilege dan tidak. Diceritakan bahwa tokoh utamanya dituntut untuk menjadi cantik demi karirnya. Seakan kemampuan yang dia miliki tidak sempurna tanpa diimbangi dengan kecantikan fisik.
Hal ini dikuatkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Frank J. Cavico yang diterbitkan oleh emerald group pada Juli 2012 berjudul “ Appearance Discrimination in Empoleyment: Legal and Ethical implications of Lookism and Lookphobia”. Pada introduction jurnal ini dipaparkan bagaimana kecantikan ibarat komunikasi non verbal. Sehingga paras selalu dijadikan tolak ukur kualifikasi dalam sebuah pekerjaan atau jabatan (employment).
Belum usai dengan isu beauty privilege publik kembali dikejutkan istilah lama yang kembali mencuat yakni Bloodline Privilege (Hak istimewa karna garis keturunan). Hal ini akan mengarah kepada dua hal yakni harta dan kepercayaan. Misal, ada dua orang ingin membangun sebuah bisnis kedai kopi kekinian. Orang pertama adalah orang yang berasal dari keluarga kalangan publik figur atau pengusaha. Sedangkan orang kedua dari kalangan masyarakat biasa. Kira-kira dengan nama yang sudah ada siapa dari dua orang itu yang akan memulai grand opening terlebih dulu? Kami yakin anda sudah mengerti apa jawabannya. Kami tidak mengatakan orang dari kalangan biasa tidak bisa atau tidak mungkin membangun bisnis dan karir, semuanya bisa dengan usaha dan ketekunan. Tetapi waktu yang diperlukan saja yang berbeda. Ibarat bermain monopoli orang dengan bloodline privilege seperti mendapat kartu bebas parkir sehingga bisa sampai lebih cepat dengan hambatan yang lebih sedikit. Setelah membuat jajak pendapat ringan di akun instagram terkait dampak yang paling signifikan antara beauty dan bloodline privilge. Lebih dari separuh orang dalam lingkup pertemanan kami (63%) memilih bloodline privilege. Beberapa dari mereka berpendapat bahwa garis keturunan mampu memberikan efek yang luar biasa pada dua hal yakni karir dan pasangan. Dalam hal karir, sepertinya kami tidak perlu basa-basi lagi. Kita semua tidak bisa memungkiri pengaruh dari ‘Orang Dalam’ bukan? Rekomendasi orang dalam itu sangat membantu. Meskipun tidak semua orang dalam berasal dari kerabat atau orang tua kita. Dalam hal pasangan, tentu beberapa aspek perlu diperhatikan seperti bibit, bebet, bobot. Kata bibit disini berada di baris terdepan yang artinya adalah garis keturunan. Misal, bagaimana orang tuanya? Pandangan masyarakat terhadap orang tuanya? Dan sebagainya. Bloodline privilege disebut sebagai privilege paling mahal yang tidak semua orang memilikinya.
Mendapatkan bloodline privilege tidak semudah mendapat beauty privilege.
Orang yang memiliki kedua priviledge tersebut sekaligus termasuk orang yang beruntung dan harus bersyukur. Lalu bagaimana dengan orang yang tidak memiliki salah satu atau keduanya? Jangan sedih! Semua itu tidak ada yang abadi. Baik kecantikan ataupun garis keturunan semuanya bisa sirna. Kecantikan bisa rusak pun garis keturunan bisa tercemar. Merubah pola pikir Imperfect menjadi I’m Perfect sebagai langkah awal. Tidak masalah jika harus berjalan tertatih-tatih. Setidaknya kita tidak pernah berhenti. Bukankah Tuhan berkata tidak akan merubah nasib suatu kaumnya sebelum mereka merubahnya sendiri? Semua sesuatu pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Orang dengan dua privilege tersebut tidak selalu merasa senang. Ada yang tertekan dengan ekspektasi orang tuanya atau gelisah saat selalu menjadi pusat perhatian dan sebagainya. Jangan melihat apa kekurangan yang Tuhan kita beri, banyak kenikmatan dan kelebihan yang tidak kita sadari. Jangan sampai nila setitik rusak susu sebelanga. Nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan?