Generasi Berperan bukan Baperan “Winning Mentality and Resilience”

Can we Jump higher than a montain?

Suatu kalimat pembuka yang menimbulkan antusias bagi para pendengar. Tepat kemarin kami menghadiri virtual meeting yang merupakan rangkaian acara dari Inspiring Camp (Kemah Inspirasi) yang diadakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi. Kali ini kami tidak akan membahas kegiatan tersebut secara keseluruhan tetapi lebih terfokus pada virtual meeting yang di hadiri seorang yang luar biasa, Fahd Pahdepie.
Pada slide pertamanya beliau memaparkan filosofi percakapan dalam sebuah film kartun yang bercerita mengenai gadis petualang dan kera-nya. Di sebuah petualangan mereka berdua sampai di suatu tempat dan kera tersebut bertanya “Can we jump higher than a montain?” dengan intonasi pesimisnya. Kera itu berfikir tentu saja kita tidak mampu melompat lebih tinggi dari gunung. Namun, si gadis berkata demikian “Kita bisa melompat lebih tinggi dari gunung, karna gunung tidak bisa melompat seperti kita. Dia hanya diam”
Menurut kami pribadi itu sebuah percakapan penuh makna untuk bersifat lebih optimistik. Karna kebanyakan dari kita tidak memiliki sifat tersebut. Padahal You can if you think you can. Kalimat sakti yang pernah menjadi judul buku legendaris karangan Norman Vincent Peale ini sepertinya hendak memberikan satu pesan yang jelas : jika Anda senantiasa berpikir positif, selalu merajut “mentalitas bisa” (can do attitude), dan senantiasa membayangkan masa depan dengan gelegak optimisme, maka percayalah, hidup Anda pada akhirnya benar-benar akan basah kuyup dalam nirvana keberhasilan dan kebahagiaan.
Maka saat ini khususnya di tengah pandemi kita harus belajar merubah pola pikir (mindset) yang memiliki pengaruh penting dalam diri. Bukan merubah fakta dan realita tapi perspektif.
Ada beberapa fase yang akan dialami seseorang saat menghadapi bencana atau masalah besar (termasuk yang kita alami saat menghadapi pandemi)
1. Shock (Pertama kita pasti akan merasakan kaget (tidak menyangka) karna hal tersebut tidak pernah terfikirkan)
2. Denial (Kemudian kita akan menolak apa yang terjadi dan saling menyalahkan)
3. frustation (Merasa frustasi dengan keadaan yang tidak segera berlalu)
4. Depresion (Namun ternyata lagi-lagi keadaan membuat depresi)
5. Experiment (Di tahap ini kita mulai mencoba berdamai dengan keadaan dan membuat percobaan-percobaan)
6. Decision (Lalu membuat keputusan dari hasil percobaan. Hal yang bisa dilakukan)
7. Integration (Menggabungkan semua dan mengembangkannya)
We are the Z, we are digital native. Technically, covid-19 benefits us. Karna saat ini kita dipaksa berfikir keras dan melakukan innovasi bukan berdiam diri. Kita dipaksa belajar sesuatu yang baru dab memiliki winning mentality di era pandemi.
The six domains of resilience (Ada 6 domain ketahanan yang harus kita miliki)
1. Vision (Goal or Purpose)
2. Collaboration (support network)
3. Tenacity (Persistence)
5. Health (Nutrition)
7. Composion (Calm and W control)
8. Reasoning (Background)
Covid-19 will forever change our world. Karna usai pandemi nanti pun dunia kita tidak akan sama lagi seperti semula. Berfikirlah apa yang bisa kita lakukan saat ini. Jangan hanya tunggu warung hingga wabah ini selesai tetapi “Ubahlah rencana dan mulai membangun skill baru” Mengutip kalimat dari seorang motivator. 

Satu pemikiran pada “Generasi Berperan bukan Baperan “Winning Mentality and Resilience””

Tinggalkan komentar

You cannot copy content of this page